Wednesday 30 January 2019

#30HBC1930 Banyak Perpisahan

Perpisahan, menurut Google Translate.

Introduction

30 Januari. Angka 30 sendiri identik dengan akhir bulan untuk bulan-bulan tertentu, selain tanggal 31, 28, atau 29. Tentunya, dalam hari ini dan beberapa hari ke depan, aku juga mengalami hal yang sama. Perpisahan.

Oh iya, intermezzo. Sebenarnya aku mau judulnya bahasa Inggris tapi aku bingung. Lots of Discord(???) Oh jadi platform chat untuk gaming yang namanya Discord itu awalnya dari makna "perpisahan" atau "perselisihan" ya, hmm... Tapi, perpisahan yang aku maksud dalam post ini, bukan karena perselisihan, namun karena waktu.

Tuesday 29 January 2019

#30HBC1929 Windows Insider build 18317 and 18323 Recap

Introduction

It's me again, after those busy days preparing for my demonstration of work results. Hmm... build 18323 baru saja keluar beberapa hari yang lalu, dan aku, di waktu yang singkat ini melakukan recap dari build 18317 dan 18323, karena review build 18317 sempat terlewati.

Monday 28 January 2019

#30HBC1928 Busy?

Introduction

Okay hari ini aku sepertinya sangat sibuk. Jauh lebih sibuk daripada hari-hari biasanya di Januari? Umm... gimana kalo aku cerita kehidupanku seharian penuh di tanggal 28 ini. Oh, ini ada ilustrasinya yang mungkin membantu:
Browsing harianku. Banyak referensi yang harus dibuka ketika coding.

Monday is your beginning.

Siklus mingguanku selama Januari sama saja seperti saat aku kuliah. Senin berangkat kereta "pertama", lalu ngekos sampai Jumat, dan pulang Jumat kereta "terakhir" atau Sabtu kereta pertama. Entah mengapa hari Senin bagiku adalah semangat tersendiri. Selama aku magang untuk mengerjakan proyek dosen di Fasilkom UI, hari Senin selalu menjadi hari kerja terpanjangku. Bisa sampai 10 - 12 jam kerja, dibandingkan hari-hari biasanya 7 atau 8 jam kerja.

Sunday 27 January 2019

#30HBC1927 Sahabatku, Jangan Lupa Kembali!

Introduction

DISCLAIMER: I'm not a good storyteller. Lihat saja #30HBC1908 sebagai bukti ke-"ampas"-an cerita fiksi yang ada di kepalaku. Namun, semoga saja, ceritaku hari ini jauh lebih baik.
Dalam rangka apa cerita lagi? Lagi-lagi, tema! Tapi temanya cukup sulit, menyambungkan tema-tema sebelumnya menjadi cerita. HECK, BAHKAN KEBANYAKAN POSTKU KUAMBIL DARI KEHIDUPAN PRIBADIKU! REEEEEEEEEEE!! Tapi tak apalah, ada baiknya mencoba.

Synopsis

Hai, perkenalkan namaku Ann. Orang-orang juga biasa memanggilku Saffy atau Fira (okay dua panggilan yang ini dari nama belakangku). Aku pernah kuliah S1 di jurusan Kebudayaan Jepang. Aku punya sahabat, laki-laki, namanya Budi. Dia 10 bulan lebih tua dari aku, dan jadi kakak kelasku sewaktu SMA. Dia orang yang sangat ambisius, menurutku. Kak Budi sangat suka astronomi. Kak Budi itu pecinta kucing. Kak Budi punya satu ambisi penting, yaitu membahagiakan orang tuanya. Namun, ayahnya sudah lama meninggal dunia, kini ia hidup bersama ibunya. Cara ia membahagiakan ibunya, sangat unik! Tidak hanya mengajaknya jalan-jalan ke luar negeri, tapi KE LUAR ANGKASA!

Tentang Kak Budi.

Aku kenal kak Budi sejak SMA. Dia orang yang sangat ambisius, punya cita-cita luar biasa, ingin melihat Mars tak hanya melalui teleskop, namun juga mengunjunginya langsung! Selain ambisius, ia sering mengorbankan dirinya sendiri untuk kebahagiaan orang lain. Sifat yang sering membuatku terharu namun juga sering marah sebagai sahabat yang selalu berusaha mengerti dan menjaga dia.


Kak Budi dan ibunya, Bu Hayati, menjadikan halaman belakang rumahnya yang begitu luas layaknya backyard di serial Phineas and Ferb, menjadi tempat untuk mereka merawat kucing-kucing jalanan, yang sering mereka temukan ketika mereka pergi berbelanja. Ada tulisan besar terpampang di situ,

HARAP TENANG
Bantu kami jaga agar kucing-kucing kami tidak panik dan stress. Terima kasih.

Terkait cita-citanya mendarat di Mars dan melakukan penelitian...

Saat itu, tahun 2099, sudah 8 tahun kami menjalin persahabatan (bahkan orang banyak yang bilang bucin karena kami tampak saling sayang?) Kak Budi menjadi calon astronot andalan Indonesia untuk memulai penelitiannya terkait keberlangsungan makhluk hidup di Mars, dan apakah Mars sustainable untuk menopang kehidupan manusia dan hewan-hewan dari Bumi. Dia direncanakan berangkat ke Mars pada tahun 2100.

Seperti biasa, aku bertanya tentang keadaannya, setiap hari. Keseharian dia saat ini adalah ikut membantu merancang lingkungan artificial yang nantinya akan ia bangun beserta rekan-rekannya di Mars. Suatu hari, ia tampak sangat lelah seminggu kurang tidur.
"Kaaaak"
"Ya, ada apa lagi, fy? Maaf ya aku slowresp, pekerjaan ini butuh konsentrasi :')"
"Gapapa kak, aku ngerasa kayaknya kakak kurang istirahat, ya? Jangan lupa tidur kaak. Jangan ampe nanti pas mau berangkat malah sakit :')"
"Umm... it's hard to sleep well, but at least I've tried to."
"Ih kak. Udah sekarang istirahat ajaa. Dan semangat buat ke depannya, moga moga aku bisa ikut juga eheheee"
"Okaaay."

Dan setelah itu, aku gak berani ganggu dia. Tapi, setidaknya, aku berdoa tiap sholat, agar pekerjaannya lancar. Karena aku tahu, dia ingin membahagiakan ibunya. Mungkin, ini adalah salah satu bagian dari usaha keras dia.

BTW, jujur saja aku gak paham apa yang mau dia buat di Mars. It's just too confidential, I can't even ask any question about that. Tapi, aku membayangkan, dia membuat komplek perumahan, sebuah taman untuk hewan, dan nantinya semuanya membentuk suatu perkampungan tersendiri. Oh. Mungkin juga, ada generator oksigen di sana. Earth creatures need hefty amount of oxygen, right?

Waktu berlalu... Ia pun bersiap-siap berangkat.

Setelah pamit ke ibunya, kak Budi pun pamit ke aku, karena misi ini termasuk misi yang cukup berbahaya, dan melibatkan makhluk hidup. Namun, selain pamitan, ia menyampaikan beberapa hal. Pertama, ia ingin ketika misi ini berhasil, ia bisa membawa ibunya dan aku ke Mars, dan berjanji akan menikah denganku di sana. Kedua, ia ingin aku nanti merawat ibunya selama ia masih di Mars.

Kak Budi pun membawa aku dan ibunya ke tempat peluncuran spaceship. Dan setelah sampai, ia meminta aku melihatnya melalui ruangan khusus, yang isinya keluarga-keluarga astronot. Tak lupa ia menitipkan kunci mobilnya kepadaku.

"Kaaak, ingat aku dan mamamu bakal berdoa terus yang terbaik buat kamu ya.. Jangan lupa untuk kembali lagi kalau kamu sudah berhasil! Semangaaat kakakku!"

3... 2... 1...

AAAAAAAAAAA RASANYA AKU INGIN TERIAK. Ya, aku saat itu sangat takut ada apa-apa ketika take off. Tampak api yang berkobar sangat besar dari ujung bawah spaceship. Dan setelah itu, spaceship tersebut langsung meluncur ke atas, tak berbekas. Kami berdoa semoga semua astronot di sana selamat sampai di Mars, dan semoga, kembali ke Bumi membawa sumbangsih baru bagi sains. Mungkin, aku dan ibunya kak Budi jadi orang pertama yang paling bangga akan hal itu. :")

3 bulan berlalu.

I spent my daily life with his mom, Bu Hayati. Paginya, aku bekerja, dan pulang jam 3 sore. Kami bercerita banyak hal mulai dari masa kecil kak Budi, yang masih merangkak dan tiba-tiba kejatuhan kucing dari atas atap, hingga ketika ia kuliah. Kami merasa sangat dekat, sampai-sampai Bu Hayati aku anggap sebagai ibuku sendiri. Kami bahkan memasak bersama, dan akhirnya hanya kami berdua yang makan. Ya. Kak Budi itu anak tunggal, sehingga di rumahnya, hanya tersisa kami berdua.

Ah, aku dan Bu Hayati kangen dia, kami tidak bisa menghubungi dia sama sekali karena akses komunikasinya hanya untuk LAPAN, bukan untuk masyarakat umum :(. Namun, suatu hari, aku membaca laporan LAPAN yang aku temui di Internet. Berdasarkan laporan tersebut, kak Budi beserta timnya sudah berhasil membangun ruang kerjanya sendiri di Mars, dan di dalamnya ada penampungan sederhana untuk hewan-hewan percobaan. Mereka bisa mengekstrak oksigen dari air laut Eridania. Namun, ada satu misi berikutnya, mereka harus membuat pemukiman untuk masyarakat nantinya. Tentu, hal itu membutuhkan generator oksigen yang lebih besar lagi.

1 tahun berlalu. KABAR BURUK!

Tiba-tiba semua keluarga astronot diminta untuk hadir di istana presiden di Jakarta. Kami sempat mengira itu adalah kabar baik, mungkin kami diperbolehkan untuk komunikasi dengan anggota keluarga kami. Namun, ternyata, itu kabar buruk.

Head of Mission Control Center di LAPAN mengatakan kepada kami, ketika tim mereka membuat oxygen generator untuk memenuhi kebutuhan kurang lebih 10.000 manusia dan 100.000 hewan di Mars, mereka mengalami kegagalan. Generator tersebut mengalami overload setelah satu hari percobaan, dan akhirnya meledak. Dan dengan terjadinya ledakan itu, tidak ada tim yang berhasil selamat.

I just... can't imagine how the catastrophe happens. Mengapa itu tiba-tiba terjadi? Kami langsung tersungkur ke bawah. Tentu, kami punya harapan besar terhadap mereka. Bahkan, aku pun sebenarnya masih menyembunyikan pesan Kak Budi dari Bu Hayati, bahwa Kak Budi ingin membawa kami ke sana sekiranya ia berhasil. Aku... sangat sedih... ketika ingat itu, setiap saat aku melihat foto Kak Budi dengan kami sebelum berangkat.

Andaikan ia bisa kembali lagi ke bumi.

Mungkin, aku jadi orang pertama yang menikah di sana. Selain itu, ia juga akan membawa kucing kesayangan kami, Cimung. Kucing jalanan yang kami temukan ketika jalan-jalan berdua ke Perpustakaan Nasional saat kami kuliah dahulu. Bahkan, diriku yang kurang tertarik terhadap sains pun, akan ikut berdua bersamanya dalam meneliti batuan-batuan yang ada di Mars. AAAAAA it's a nice thing. But, semua itu kini hanya impian yang tak akan pernah aku wujudkan. Aku pun sedih, Kak Budi belum berhasil membawa ibunya ke luar angkasa seperti yang ia cita-citakan. Walaupun, kami disini, sangat bahagia, pernah memiliki teman hidup seperti Kak Budi. Setidaknya, ia berhasil membuat ibunya bangga walaupun pada akhirnya harus gugur di medan penelitian.

Ending.

Tim astronot dari Jepang yang baru selesai melakukan eksplorasi laut Eridania pun pulang, sebulan setelah kejadian itu. Ternyata, mereka mengetahui ledakan tersebut, dan mengamankan semua jasad korban, termasuk jasad Kak Budi, yang akhirnya mereka bawa ke Jakarta dan dimakamkan bersama-sama. Kami ikut hadir pada hari pemakaman itu.

Selamat jalan, sahabatku. Aku paham kok, kamu pernah cerita itu bagian dari risiko pekerjaanmu. :"" Semoga, semua usaha keras Kak Budi yang belum terwujudkan hasilnya di dunia ini, bisa berbuah kebaikan yang bisa menghantarkan ia ke surga, kelak, bertemu kembali dengan kami.

Sekian.

Saturday 26 January 2019

#30HBC1926 Chasing Dreams

Introduction

Late night post again! Hari ini, apa yang aku lakukan cukup unik (dalam hidupku). Bekerja. Ya. Hari Sabtu. Bukan hari yang umum bagi orang-orang di Indonesia untuk bekerja. Namun, aku tahu beberapa instansi masih bekerja di hari Sabtu. Sebagian anak-anak sekolah pun masih berkegiatan atau bahkan belajar di hari Sabtu.

Friday 25 January 2019

#30HBC1925 About Me

Introduction

"Heck, you already have About Me page in your blog. Why do you wanna make this again?"
Halaman "About Me" di blog ini harusnya berupa portofolio tentang proyek-proyek yang aku kerjakan selama aku kuliah. Dan aku inginnya desainnya bagus dan customized, namun sayangnya gabisa masukin Bootstrap dan JQuery disini ehe. Post ini dibuat untuk menyesuaikan dengan tema, anyway.

Jadi, aku adalah orang "sederhana" (dalam tanda kutip, I'll tell ya later) yang hidup melalui segala takdir yang telah digariskan, namun seakan-akan seperti atas kehendak sendiri. Orang yang mungkin merasa up and downs nya begitu hebat padahal masih tidak seberapa.

Thursday 24 January 2019

#30HBC1924 Hujan

Introduction

Beberapa hari terakhir sering hujan deras. Cuaca yang membuat aku harus kerja remote selama 4 hari terakhir ini. Cuaca yang sering menghambat orang untuk melakukan aktivitasnya. Bahkan, mungkin banyak yang akhirnya sering mengeluh dengan hujan.
Ada satu hal yang menarik: ada stigma bahwa hujan itu identik dengan kesedihan. Suasana hujan seringkali dijadikan latar untuk cerita-cerita sedih. Contohnya, merenung sendirian di tengah lapangan hujan-hujan sembari menangis, atau setelah bertikai dengan seseorang. :(