Monday 14 January 2019

#30HBC1914 Optimis vs. Pesimis

Introduction

Hari ini aku cukup cerita singkat saja. Sudah terlalu lama terlarut dalam suka dan duka pengumuman nilai semester ganjil di Fasilkom UI melalui website SIAK-NG kebanggaan mahasiswa di UI :) (gak deng kalo siak war ngeselin)

Apa itu optimisme?

Dalam KBBI, artinya "paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan; sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal". Contoh sederhananya, aku meyakini bahwa nilai Game Development ku nanti A. Optimisme, berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki masyarakat di Indonesia, adalah hal yang baik.

Apa itu pesimisme?

Dalam KBBI, artinya "paham yang beranggapan atau memandang segala sesuatu dari sudut buruknya saja". Contoh, aku was-was dan beranggapan bahwa aku akan tidak lulus Anum. Pesimisme ini, walau negatif, namun seringkali menjadi sifat alami dari manusia untuk mengevaluasi diri sendiri.

So? Be optimist or be pessimist?

To be honest, optimisme itu merupakan bentuk lain dari rasa syukur terhadap kelebihan, kekurangan, dan keadaan yang sedang kita miliki. Dengan menjadi optimis, kita yakin bahwa kehidupan kita dan masalah yang akan dihadapi nantinya berakhir bahagia. Sebuah cara, yang menurutku cukup efektif untuk menghibur dan menenangkan diri, karena aku sering mencoba untuk terus menanamkan keyakinan bahwa hal-hal baik pasti akan terjadi, sekaligus menjadikan harapan tersebut sebagai doa.

Namun, kembali lagi, sifat pesimis pun juga merupakan sifat yang alami dimiliki manusia. Pesimis seringkali muncul ketika kita merasa kurang berhasil dalam menjalankan amanah, tugas, atau ujian yang diberikan. Manusia pun wajar memiliki rasa was-was bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk. 

Sifat pesimis itu sejatinya tidak selalu buruk. Sifat pesimis itu dapat mendorong kita untuk berpikir realistis. Memahami kekurangan yang dimiliki, meskipun cenderung menyalahkan diri sendiri. Dan berpikir realistis itu penting agar hidup dapat tetap nyaman karena kita tidak memaksakan keinginan ketika masih belum mampu.

Pada akhirnya...

Kita perlu optimis, kita perlu pesimis. Optimis untuk meningkatkan rasa syukur, memacu competitiveness, dan menjadi sebuah cara untuk berdoa untuk harapan-harapan yang dimiliki. Pesimis untuk berpikir realistis, menyadari plus minus diri sendiri, dan tetap memikirkan worst case karena dunia merupakan lingkungan yang unpredictable.
Namun, jangan sampai optimis melebihi pesimis. Jika itu terjadi, kita akan terlalu percaya dengan best case dan kaget jika terjadi suatu masalah. Namun, pesimis juga tidak boleh melebihi optimis. Jika itu terjadi, kita jadi mudah menyerah dan sering menyalahkan diri sendiri, dan menjadi kurang bsrsyukur.
Seimbangkan hidup kalian ya! Semangat!
Sekian.

No comments:

Post a Comment

Jangan takut untuk menuliskan keluh kesah Anda disini :)
Uh, sebelumnya, mohon maaf saya sangat jarang membalas komentar... (tapi tetap saya baca!)