Tuesday 8 January 2019

#30HBC1908 Walking Through a Dead Town

Paradise of coconuts, eh?

Introduction

Berhubung tema dari #30HBC pada hari ke-8 adalah "Jalan", so I choose this topic. Mengulas jalanan sepi, meskipun persis di jalan utama.
25 - 28 Desember 2014. Through a dead town, full of coconuts. Sudah menebak itu dimana? Ya, waktu itu saya menyusuri sebuah kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan di kabupaten tersebut. Namun, tidak seperti capital district pada umumnya, kecamatan ini tampak sangat sepi. Hanya melintas satu jalan utama di sana. Oh, mungkin sekarang sudah cukup banyak perubahan karena ada wacana jalan tol Bakauheni - Terbanggi Besar, saya sudah lama sekali tidak ke sana. Can u guess where is the place I've explained?

So... where is it?

Resort (lupa namanya) di Kalianda. Ini sebenarnya pantai.
Kalianda, Lampung Selatan. Congrats if you guessed correctly! Sebuah kecamatan yang menjadi capital district bagi kabupaten Lampung Selatan. 1,5 jam dari Bandar Lampung, 20 menit dari Bakauheni.

About the land

Jadi... ceritanya aku pergi ke sana untuk ikut survei bisnis orang tua. Aku menginap di resort dekat pantai. But unlike any resort, it's just too lonely. Menyeramkan juga kalo malam hari :( Oh iya, cerita ini tidak ada foto di malam hari, bcz gaada lampu penerangan sepanjangjalan. Ya, kalian tidak salah dengar.

Masjid Agung Kalianda, Kubah Intan.
I imagine, if I'm lonely, walk around there at night. Ya. Aku sempat keluar di malam hari. Gak keluar resort sih, tapi cukup lihat-lihat sekitar karena memang resort ini persis di pantai. Gelap. Only me and stars. Oh, gak juga, masih banyak pohon kelapa. I won't stargaze there, I coconutgaze instead :)

Namun, ada satu hal. Masjidnya cukup bagus, di tengah pusat pemerintahan kabupaten Lampung Selatan, dan persis di jalan Lintas Sumatera. Tapi, lagi-lagi. Sepi. Like a dead town. Gedung-gedung pemerintahannya pun kurang terawat.

About people

Jalanan berlubang, tidak ada penerangan, di pinggir pantai.
Orang-orang di Kalianda rata-rata merupakan petani di kebun kelapa. This is a paradise full of coconuts, so what do u expect? Orang-orang disana cukup ramah kok. Kalianda sejatinya diisi oleh imigran-imigran hasil transmigrasi atau sekadar mencari tempat baru. Makanya, jika kalian sering berbahasa Sunda atau Jawa, kalian tak akan terlalu sulit beradaptasi dengan manusia-manusia di Kalianda.

Sesuai dengan kegelapan malam hari yang ada di Kalianda, manusia yang hidup di Kalianda pun jumlahnya sedikit, dan tidak suka beraktivitas di malam hari. Jam 8 malam pun sudah bersiap-siap tidur. Lebih baik stok makanan di siang harinya, karena banyak warung yang tutup.

Tempat ini sangat cocok buat kalian yang ingin merasa sendiri. Mencari ruang sendiri. Aku juga ingin kesana lagi. Sepi. Tentram.

Sesi Renungan

Bahkan, kalo ada kelapa jatuh bisa diambil saking banyaknya.
Oh iya, tempat ini merupakan salah satu tempat yang terdampak tsunami Krakatau. Dampaknya mungkin tidak terlalu signifikan, tapi sangat berarti untuk bisnis orang-orang Kalianda. Distribusi hasil dari kebun kelapa cukup sulit untuk dilakukan. Penuh spekulasi dan rasa takut. So, ada baiknya untuk sekali lagi memanjatkan doa untuk mereka, semoga semakin lancar segala urusan mereka setelah semua ini, dan mendapatkan hikmahnya sesegera mungkin.

Penutup

Masih banyak tempat-tempat terpencil yang sangat kurang diperhatikan. Mereka layaknya sekumpulan kota-kota mati yang tersebar di seluruh Indonesia. Kira-kira apa kecamatan atau distrik sepi lainnya yang menarik untuk mencari ruang sendiri? Share your thoughts!

No comments:

Post a Comment

Jangan takut untuk menuliskan keluh kesah Anda disini :)
Uh, sebelumnya, mohon maaf saya sangat jarang membalas komentar... (tapi tetap saya baca!)